BTemplates.com

Rabu, 17 Januari 2024

7 Pahlawan Revolusi Yang Gugur Dalam G30S PKI


 Ketika mendengar kata Lubang Buaya, ingatan masyarakat Indonesia akan mengarah ke peristiwa tragis 30 September 1965 atau yang dikenal dengan G30S/PKI. Kenyataan sebenarnya nama Lubang Buaya sudah ada jauh sebelum terjadinya peristiwa G30S/PKI, yaitu pada era kolonial Belanda.

Mengutip dari situs Perpustakaan Badan Standarisasi Nasional (BSN), lokasi tersebut diberi nama Lubang Buaya karena masyarakat sekitar mempercayai sebuah legenda yang menyebutkan ada banyak buaya putih yang hidup di dekat sungai kawasan tersebut.

Seperti diketahui dari Sejarah Indonesia pada tahun 1965, Peristiwa G30S PKI menewaskan enam jenderal, tiga perwira, satu polisi, dan satu putri jenderal. Keenam jendral ini kemudian dimasukkan ke dalam sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Hingga sekarang sumur tua ini kerap dikaitkan dengan tragedi G30S PKI, sekaligus sumur tua sang saksi bisu kekejaman PKI.

Mereka yang menjadi korban G30S PKI adalah Letjen Ahmad Yani (Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat/Pangad), Mayjen R Soeprapto (Deputy II Men/Pangad), Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono (Deputy III Men/Pangad), Mayjen S Parman (Asisten I Men/Pangad), Brigjen DI Panjaitan (Asisten VI Men/Pangad), dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman AD).

Pada peristiwa ini Jenderal AH Nasution (Menhankam) berhasil lolos dari usaha penculikan. Namun putrinya yang bernama Ade Irma Suryani yang berusia 5 tahun serta ajudannya yang bernama Lettu Piere Andreas Tendean meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.

Siapa yang menemukan mayat di Lubang Buaya? Menurut Maulwi Saelan, yang menjabat sebagai Wakil Komandan Cakrabirawa pada saat G30S, jenazah para perwira TNI AD di Lubang Buaya ditemukan oleh pasukan Cakrabirawa dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), cikal bakal Kopassus, atas petunjuk Sukitman. (Dari berbagai sumber).

2 komentar: